-->

Pemimpin yang Dicinta, Bukan yang Ditakuti (2-Habis)

duduk kursi Pemimpin yang Dicinta, Bukan yang Ditakuti (2 Habis)


SELAIN aturan formal yang tertulis, hubungan kekeluargaan juga perlu dihidupkan. Sebuah organisasi tak ubahnya seperti rumah. Ada ayah, ibu, anak, dan tetangga. Ada hubungan hormat dan sayang antara pimpinan dan anggota. Pimpinan yang sayang dengan anggotanya, bisa dibilang pasti, akan dapat hormat dari bawahannya. Tanpa diminta pun, sayang menumbuhkan simpati junior pada seniornya.


Tentu, kekeluargaan bukan berarti eksploitasi toleransi yang berlebihan pada atasan. Bukan juga tuntutan manja dari bawahan. Kekeluargaan adalah ruh lain sebuah organisasi Islam yang tidak terkungkung pada kekakuan prosedur formal.


Suatu kali Rasulullah saw. berjalan jauh dengan tiga orang sahabat. Ketika terasa lapar, salah seorang sahabat mengatakan, Aku akan menyembelih unta untuk dimakan. Satunya lagi mengatakan, Aku akan menyiapkan alat pemotong yang tajam. Satunya lagi mengatakan, Aku akan menyiapkan perapian. Dan tiba-tiba Rasul mengatakan, “Aku akan mencari kayu bakar.” Sontak tiga sahabat itu mengatakan, Biarkan kami yang berkerja ya Rasul. Dan Rasul pun mengatakan, Kenapa tak kalian beri kesempatan buatku untuk ikut beramal.


Sebuah ayat di akhir Surah At-Taubah mengabadikan kasih sayang Rasulullah saw. pada para sahabatnya. “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. 9: 128)


Tanpa dituntut, dipaksa, dan diancam dengan hukuman pun para sahabat begitu menaruh hormat dan patuh kepada Rasulullah saw. “Engkau lebih kucintai lebih dari kecintaanku kepada diri dan keluargaku sendiri, ya Rasulullah saw.,” ucap Umar bin Khaththab kepada Rasulullah suatu kali.


Inilah kenyataan yang patut disimak. Bahwa, penghormatan, kepatuhan para sahabat kepada Rasulullah bukan lantaran takut. Tapi lebih karena cinta. Mereka akan terus memegang perkataan, perbuatan Rasul sebagai tuntunan hidup buat selamanya. Terwariskan turun temurun kepada generasi berikutnya. Walaupun, yang dihormati itu sudah tidak lagi sebagai pemimpin. Walaupun, yang diteladani itu sudah sekian abad meninggal dunia.


Shalat berjamaah dan berorganisasi memang dua hal yang berbeda. Tapi, dalam shalatlah ruh kebersamaan tertanam dan terbina begitu utuh. Di situ ada ketulusan, tak ada kepentingan materi, dan terdorong karena mengharap ridha Allah swt.


HABIS


Redaktur: Saad Saefullah


0 Response to "Pemimpin yang Dicinta, Bukan yang Ditakuti (2-Habis)"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Plis Like Fanpage Kami ya
close