-->

20 Alasan Bahaya Maksiat (Bagian Kedua)

Lanjutan bagian PERTAMA


Ketujuh, Maksiat Melemahkan Hati dan Badan


Jika kemaksiatan dianggap dapat melemahkan hati, itu sudah tidak diragukan lagi, bahkan kelemahan itu tidak akan lenyap sampai mati. Dan jika kemaksiatan dikatakan dapat melemahkan badan, itu karena kekuatan badan seorang mukmin terpancar dari kekuatan hatinya. Jika hatinya kuat, kuatlah badannya. Sedangkan, bagi pelaku maksiat, walaupun badannya kuat, sesungguhnya dia sangat lemah dan rapuh, jika kekuatan itu sedang ia butuhkan, sehingga kekuatan yang ada pada dirinya sering menipu dirinya sendiri (fatamorgana).


Kedelapan, Maksiat Menghalangi Ketaatan


Dosa dan maksiat akan menghalangi si pelaku dari ketaatan sehingga ia akan memutuskan ketaatan yang lain, dan terputuslah jalan ketaatan selanjutnya. Begitulah seterusnya. Akhirnya, putuslah setiap ketaatan yang nilainya lebih baik daripada dunia dan seisinya.


Kesembilan, Maksiat Membuat Umur Terasa Pendek dan Menghapus Keberkahan


Jika kebajikan dikatakan dapat menambah umur, otomatislah, maksiat dapat mengurangi umur. Pada dasarnya, umur manusia dihitung dari masa hidupnya. Sementara itu, tak ada yang namanya hidup kecuali jika dihabiskan dengan ketaatan, ibadah, cinta, dan dzikrullah, serta mementingkan keridhaan-Nya.


Kesepuluh, Maksiat Menumbuhkan Maksiat Lain


Manusia yang sudah terperangkap dalam kemaksiatan akan merasa sulit untuk keluar dan melepaskan diri darinya. Diantara dampak negatif keburukan adalah menimbulkan keburukan yang lain. Sedangkan, pengaruh kebaikan adalah mendatangkan kebaikan berikutnya. Maka jika Anda melakukan suatu kebaikan, kebaikan yang lainnya akan meminta untuk dilakukan, begitu seterusnya hingga Anda memperoleh keuntungan yang berlipat ganda dan kebaikan yang tidak sedikit. Begitu juga halnya dengan keburukan. Dengan demikian ketaatan dan kemaksiatan merupakan sifat yang kokoh dan kuat serta menjadi kebiasaan yang teguh pada diri seseorang.


Kesebelas, Maksiat Mematikan Bisikan Hati Nurani


Inilah bahaya maksiat yang paling menakutkan karena kemaksiatan dapat menyebabkan putusnya secara perlahan-lahan keinginan untuk bertobat, hingga habislah sama sekali. Jika meninggal, setengahnya pun tak akan pernah dia bertobat kepada Allah. Justru dia datang dengan istighfar dan tobat gaya para orang munafik yang hanya di bibir sedangkan hatinya masih terus-menerus terjerat kemaksiatan yang masih tetap dijalaninya. Inilah penyakit yang paling berbahaya dan paling dekat dengan kebinasaan.


Keduabelas. Maksiat Menghilangkan Keburukan Maksiat itu Sendiri: Jika kemaksiatan sudah menghilangkan anggapan kemaksiatan itu merupakan suatu keburukan, kemaksiatan akan menjadi adat kebiasaan sehari-hari yang menyebabkan pelakunya tidak memiliki rasa malu. Orang-orang fasik berpendapat bahwa hal itu merupakan puncak kebahagiaan dan kebanggan sehingga dengan bangganya dia berkata, “Hai Fulan, semalam aku telah berbuat anu….”. Orang seperti itu tidak akan peduli dengan cemoohan orang lain. Dengan begitu, baginya jalan tobat sudah tertutup dan pintu-pintunya telah terkunci. Sehubungan dengan itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam bersabda, “Setiap umatku dimaafkan kecuali yang beraksiat terang-terangan. Diantara maksiat terang-terangan adalah seorang hamba yang dengan bangganya menceritakan perbuatan maksiatnya, padahal Allah telah menutupinya. Dia berkata, ‘Hai Fulan, kemarin aku berbuat anu … anu …’ Dengan begitu, sebenarnya dia telah mengoyak kehormatan dirinya sendiri, padahal Allah telah menutupinya semalam-malaman.“ (HR. Bukhari-Muslim).


Ketigabelas, Maksiat Warisan Umat yang Pernah Diadzab


Seperti halnya pelaku homoseksual atau LGBT adalah warisan kaum Luth a.s. Perilaku berbuat curang dengan mengurangi dan melebihkan takaran adalah peninggalan kaum Syuaib a.s. Perilaku sombong di muka bumi dengan menciptakan berbagai kerusakan merupakan warisan Fir’aun dan kaumnya. Sikap takabur dan congkak merupakan warisan kaum Hud a.s. Jika begitu dapatlah dikatakan pelaku maksiat pada zaman sekarang adalah kaum yang memakai baju umat-umat terdahulu dari golongan musuh Allah?


Keempatbelas, Maksiat Menimbulkan Kehinaan


Imam Hasan Basri berkata, Mereka hina dan rendah dalam pandangan Allah Subhanahu Wata’ala sehingga mereka pun sangat mudah bermaksiat. Sekiranya dalam pandangan Allah seseorang telah hina, tidak ada seorang pun yang memuliakannya. Kalaupun diantara lingkungannya yang menghormati dia, itu mereka lakukan karena pamrih atau takut.


Kelimabelas, Maksiat Memudahkan Perbuatan Dosa


Kondisi maksiat yang sudah seperi itu merupakan cir-ciri kehancuran karena manakala dosa dianggap kecil atau ringan oleh hamba, dalam pandangan Allah Subhanahu Wata’ala, dosa itu menjadi besar.


Keenambelas, Maksiat Mewariskan Kehina-dinaan


Kemaksiatan dapat melahirkan kehina-dinaan karena kemuliaan itu hanya akan muncul akibat ketaatan kepada Allah Subhanahu Wata’ala, sebagaimana firman-Nya,


مَن كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعاً إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ وَالَّذِينَ يَمْكُرُونَ السَّيِّئَاتِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَكْرُ أُوْلَئِكَ هُوَ يَبُو


“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah lah kemuliaan itu” (QS. Faathir: 10). Karena itu, hendaklah kemuliaan itu diraih melalui ketaatan kepada Allah.


Ketujuhbelas, Maksiat Merusak Akal


Tidaklah seseorang bermaksiat kepada Allah sehingga akalnya hilang. Karena, sekiranya akalnya masih berjalan tentu akan mencegahnya dari kemaksiatan dan dia berada dalam genggaman dan kekuasaan Allah Subhanahu Wata’ala. Sementara, malaikat-Nya menyaksikan. Nasihat Al-Qur’an pun mencegahnya, begitu juga dengan nasihat keimanan. Orang yang luput dari kemaksiatan adalah orang yang terbaik dan di akhirat kelak dia akan memperoleh kebahagiaan dan kenikmatan yang berlipat ganda. Maka, adakah orang yang memiliki akal sehat itu mau melakukan kemaksiatan yang penuh kehinadinaan?


Kedelapanbelas, Maksiat Menutup Hati


Pada dasarnya kotoran hati timbul akibat kemaksiatan. Bertambahnya kemaksiatan menyebabkan kotoran semakin berkarat sehingga menjadi karakter yang mengalahkan peran jiwa. Hal seperti itu akan berakhir hanya kalau si pelaku mendapatkan hidayah. Kalau tidak, pelaku akan disetir kemaksiatan selamanya.


Kesembilanbelas, Maksiat Dilaknat Rasulullah


Nabi telah melaknat perbuatan maksiat seperti mengubah penunjuk jalan padahal penunjuk jalan itu sangat penting, melakukan homoseksual, menyerupai laki-laki bagi perempuan atau menyerupai perempuan bagi laki-laki, mengadakan praktek suap-menyuap dan sebagainya. Semakin besar maksiat yang dilakukan, semakin besar laknat beliau atas mereka. Seseorang yang melakukan hal-hal seperti di atas, berarti dia telah meridhai dirinya dilaknat Allah Subhanahu Wata’ala, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam, dan malaikat.


Keduapuluh, Maksiat Meremehkan Allah


Jika seseorang berlaku maksiat, disadari atau tidak rasa untuk mengagungkan Allah perlahan-lahan lenyap dari hati. Jika perasaan tersebut masih ada dalam hatinya, itu dapat mencegah seseorang dari berlaku maksiat.


Oleh sebab itu, ditinjau dari segi agama, perbuatan maksiat sangat merugikan para pelakunya, baik di dunia lebih-lebih di akhirat. Di dunia, akan mendapatkan kehinaan di sisi Allah dan manusia, serta di akhirat mendapat siksaan yang sesuai dengan kadar kemaksiatan yang ia lakukan. Maka benarlah sabda Nabi, Al-kaysu man dana nafsahu wa ‘amila lima ba’dal maut. Manusia jenius adalah yang rela merendahkan dirinya—di hadapan Allah dan manusia—demi menyiapkan tabungan setelah ia wafat. Cocok dengan pesan ahli hikmah (hukama’) yang berkata, Rubba syahwatin sa’ah auratsa huznan thawilan. Begitu banyak manusia terperdaya untuk melakukan kemaksiatan karena nafsu sesaat, yang akan mendatangkan kepedihan dan kesedihan tak berujung. Wallahu A’lam!.*/Ilham Kadir, MA. Ilham Kadir, MA. Mahasiswa program doktoral Universitas Ibnu Khaldun Bogor





0 Response to "20 Alasan Bahaya Maksiat (Bagian Kedua)"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Plis Like Fanpage Kami ya
close