Gerakan LGBT Makin Sistematis, Sampai Buat Teori Pendukung
Dalam teori sosiologi, LGBT mendekonstruksi jenis kelamin. Selain ada jenis kelamin laki-laki dan perempuan, ada tambahan jenis kelamin gender
ilustrasi
DSM yang selalu dijadikan pembenaran aktivis LGBT dan aktivis HAM bahwa agar perilaku LGBT bukan hal yang menyimpang
Hidayatullah.com–Perkembangan ‘Homo politik’, promosi untuk mendapat pengakuan dan hak sebagai Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) saat ini dilakukan secara sistematis bahkan sampai dibuatkan teori-teori pendukung dan seolah ilmiah.
“Menurut mereka, LGBT ini adalah faktor gen, pendapat ini kemudian diperluas, dipropagandakan sehingga banyak orang menerimanya.
Padahal, banyak sekali penelitian yang menyimpulkan bahwa homoseksual bukanlah faktor genetis,” demikian disampaikan Direktur the Center for Gender Studies, Dr. Dinar Dewi Kania saat mengisi sebuah kajian Dialog Lepas Isya (D’LISYA) di Masjid Agung Al Azhar, belum lama ini.
Dinar menambahkan, dalam teori sosiologi, mereka mendekonstruksi jenis kelamin. Selain ada jenis kelamin laki-laki dan perempuan, mereka menambahkan jenis kelamin gender. Hal ini menyebabkan adanya perubahan pengelompokan status sosial yang baru.
“Sex adalah jenis kelamin berdasarkan biologis. Gender adalah jenis kelamin berdasarkan konstruk sosial. Mereka tidak mau laki-laki identik dengan maskulin, dan wanita identik dengan feminine,” jelasnya.
Sementara menurut mereka, pernikahan itu bukan pernikahan jenis kelamin, tapi pernikahan atas gender.
“Maka pernikahan antara feminin dan maskulin sangat memungkinkan terjadi pada jenis kelamin yang sama. Inilah konsep para pendukung LGBT”, ungkapnya dalam kajian bertemakan “Homo Politic dan Problem relativitas Nilai dalam Peradaban Barat” ini. [Baca: Dr Dinar Kania: ‘Homo Politic’ Sarana Promosi LGBT Di Berbagai Dunia]
Alasan lain tentang legalisasi gender adalah karena ini adalah hak asasi manusia (HAM). Atas nama HAM, mereka menuntut agar difasilitasi dan dilegalisasi. Mereka juga membuat stigma seperti; homophobia (fobia terhadap homo atau pelaku sesama jenis), intoleran, pelanggar HAM atau stigma-stigma lain yang disematkan kepada mereka yang tidak menyetujui gerakan LGBT.
“Ketika kita berusaha untuk memperbaiki penyimpangan seksual, justru kemudian kita dituduh pelanggar HAM,” pungkasnya. Itulah yang sedang terjadi saat ini.
Sebelum ini, Sekjen Aliansi Cinta Keluarga (AILA), Rita Soebagio, M.Si pernah mengatakan, “Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders” (DSM), sebuah ‘kitab’ yang berisikan mengenai kriteria gangguan mental dibuat dan disusun oleh pengidap kepribadian menyimpang. [baca; Lima Dari Tujuh Orang Tim Pembuat DSM Adalah Homo dan Lesbian]
Karena itu Dinar menghimbau kepada seluruh peserta D’LISYA dan umat Islam seluruhnya agar peka dengan aksi politik para pembela LGBT.*/Agastya Hardjunadi, Sarah (Jakarta)
0 Response to "Gerakan LGBT Makin Sistematis, Sampai Buat Teori Pendukung"
Post a Comment