Serahkan Urusan Kepemimpinan Pada Ahlinya
Dakwah Media - Imam Syeikh Taqiyyudin an Nabhani : Jika negara tidak dibangun atas pemikiran yang mendasar (ideologi), negara itu akan gampang dihancurkan, tidak sulit untuk menghancurkan struktur bangunan negara itu dan mencabut kekuasaannya karena negara itu tidak dibangun atas dasar aqidah yang satu yang terpancar dari aqidah itu eksistensinya, maka tidak sulit negara itu hancur.
Demokrasi berarti Kapitalisme. Kapitalisme sangat mendewakan pertumbuhan ekonomi, yang penjabarannya adalah pendapatan perkapita. Sesungguhnya sistem Ekonomi Barat berpengaruh terhadap sistem pemerintahan. Menjadikan pemerintahan tunduk terhadap pemilik modal, bahkan bisa disebut pemilik modal-lah (para kapitalis) yang menjadi penguasa sesungguhnya dalam negara yang terikat dengan ideologi kapitalisme. Jelas ini tatanan yang rusak.
Sungguh, kita hidup di zaman dimana pemerintahan dimana pengurusan umat diserahkan kepada orang-orang yang bukan ahlinya, yaitu para penguasa pengkhianat, seperti yang kita dengar dan kita lihat sendiri tentang pengkhianatan mereka. Mereka tidak layak memimpin pemerintahan. Sebab, jaminan kaum para penjajahlah yang telah mengangkat mereka, dan menjadikan mereka berkuasa di tengah-tengah kaum Muslim. Politik kemunafikan telah menjadi aktivitas yang biasa dan membudaya, bahkan ia telah menjadi jalan normal (wajar dan biasa) ditempuh oleh mereka yang tamak dan rakus terhadap dunia, dan sebaliknya abai dengan akhirat.
Mereka telah menghina kaum Muslim dengan siksaan, dan mereka memerintah kaum Muslim dengan kekufuran yang nyata. Mereka menyerupai para penguasa dan menyerupai orang-orang biasa. Maka, melalui mereka amanah demi amanah disia-siakan; dan pengkhianatan demi pengkhianatan dilakukan. Mereka itu adalah orang-orang yang telah mengkhianati Allah, Rasulullah, dan kaum Muslim. Mereka telah mengkhianati amanah yang diberikan kepada mereka, sedang mereka sadar dan mengerti akan kewajibannya atas amanah itu. Mereka itu adalah orang-orang yang memperolok-olok ayat-ayat Allah; mereka mengubah dan menyelewengkan firman Allah dari tempat yang sebenarnya. Mereka itu adalah orang-orang yang lalai dan menyia-nyiakan amanah, yaitu amanah kekuasaan dan amanah ilmu.
Sesungguhnya harus ada perubahan yang nyata atas kondisi yang rusak ini. Allah SWT menyeru manusia dengan berbagai taklif (beban hukum), Allah SWT menjadikan manusia menjadi sasaran dari seruan (khitob) dan taklif (beban hukum). Allah SWT menurunkan syariat Islam kepada manusia, membangkitkan manusia, menghisab (meminta pertanggungjawaban) manusia, kemudian Allah SWT memasukkan manusia ke dalam Surga atau Neraka. Allah menjadikan manusia – bukan laki-laki bukan perempuan- sebagai objek dari berbagai taklif hukum.
Rasulullah SAW juga bersabda, “Tidaklah seorang penguasa diserahi urusan kaum Muslim, kemudian ia mati, sedangkan ia menelantarkan urusan tersebut, kecuali Allah mengharamkan surga untuk dirinya.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Terkait dengan hadits ini, Imam Fudhail bin Iyadh menuturkan, “Hadits ini merupakan ancaman bagi siapa saja yang diserahi Allah SWT untuk mengurus urusan kaum Muslim, baik urusan agama maupun dunia, kemudian ia berkhianat. Jika seseorang berkhianat terhadap suatu urusan yang telah diserahkan kepadanya maka ia telah terjatuh pada dosa besar dan akan dijauhkan dari surga. Penelantaran itu bisa berbentuk tidak menjelaskan urusan-urusan agama kepada umat, tidak menjaga syariah Allah dari unsur-unsur yang bisa merusak kesuciannya, mengubah-ubah makna ayat-ayat Allah dan mengabaikan hudûd (hukum-hukum Allah). Penelantaran itu juga bisa berwujud pengabaian terhadap hak-hak umat, tidak menjaga keamanan mereka, tidak berjihad untuk mengusir musuh-musuh mereka dan tidak menegakkan keadilan di tengah-tengah mereka. Setiap orang yang melakukan hal ini dipandang telah mengkhianati umat.” (Imam an-Nawawi, Syarh Shahîh Muslim).
Karena itu, Islam sangat mendorong agar para pemimpin selalu bersikap adil. Sayangnya, pemimpin adil tidak mungkin lahir dari rahim sistem demokrasi sekuler yang memang kufur. Sistem zalim ini hanya bisa menghasilkan para pemimpin zalim, tidak amanah dan jauh dari sifat adil. Pemimpin yang adil hanya mungkin lahir dari rahim sistem yang juga adil. Itulah sistem Islam yang diterapkan dalam institusi pemerintahan Islam (Khilafah). Mari kita wujudkan.
Oleh: Ainun Dawaun Nufus (aktivis di MHTI Kab. Kediri)
Demokrasi berarti Kapitalisme. Kapitalisme sangat mendewakan pertumbuhan ekonomi, yang penjabarannya adalah pendapatan perkapita. Sesungguhnya sistem Ekonomi Barat berpengaruh terhadap sistem pemerintahan. Menjadikan pemerintahan tunduk terhadap pemilik modal, bahkan bisa disebut pemilik modal-lah (para kapitalis) yang menjadi penguasa sesungguhnya dalam negara yang terikat dengan ideologi kapitalisme. Jelas ini tatanan yang rusak.
Sungguh, kita hidup di zaman dimana pemerintahan dimana pengurusan umat diserahkan kepada orang-orang yang bukan ahlinya, yaitu para penguasa pengkhianat, seperti yang kita dengar dan kita lihat sendiri tentang pengkhianatan mereka. Mereka tidak layak memimpin pemerintahan. Sebab, jaminan kaum para penjajahlah yang telah mengangkat mereka, dan menjadikan mereka berkuasa di tengah-tengah kaum Muslim. Politik kemunafikan telah menjadi aktivitas yang biasa dan membudaya, bahkan ia telah menjadi jalan normal (wajar dan biasa) ditempuh oleh mereka yang tamak dan rakus terhadap dunia, dan sebaliknya abai dengan akhirat.
Mereka telah menghina kaum Muslim dengan siksaan, dan mereka memerintah kaum Muslim dengan kekufuran yang nyata. Mereka menyerupai para penguasa dan menyerupai orang-orang biasa. Maka, melalui mereka amanah demi amanah disia-siakan; dan pengkhianatan demi pengkhianatan dilakukan. Mereka itu adalah orang-orang yang telah mengkhianati Allah, Rasulullah, dan kaum Muslim. Mereka telah mengkhianati amanah yang diberikan kepada mereka, sedang mereka sadar dan mengerti akan kewajibannya atas amanah itu. Mereka itu adalah orang-orang yang memperolok-olok ayat-ayat Allah; mereka mengubah dan menyelewengkan firman Allah dari tempat yang sebenarnya. Mereka itu adalah orang-orang yang lalai dan menyia-nyiakan amanah, yaitu amanah kekuasaan dan amanah ilmu.
Sesungguhnya harus ada perubahan yang nyata atas kondisi yang rusak ini. Allah SWT menyeru manusia dengan berbagai taklif (beban hukum), Allah SWT menjadikan manusia menjadi sasaran dari seruan (khitob) dan taklif (beban hukum). Allah SWT menurunkan syariat Islam kepada manusia, membangkitkan manusia, menghisab (meminta pertanggungjawaban) manusia, kemudian Allah SWT memasukkan manusia ke dalam Surga atau Neraka. Allah menjadikan manusia – bukan laki-laki bukan perempuan- sebagai objek dari berbagai taklif hukum.
Rasulullah SAW juga bersabda, “Tidaklah seorang penguasa diserahi urusan kaum Muslim, kemudian ia mati, sedangkan ia menelantarkan urusan tersebut, kecuali Allah mengharamkan surga untuk dirinya.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Terkait dengan hadits ini, Imam Fudhail bin Iyadh menuturkan, “Hadits ini merupakan ancaman bagi siapa saja yang diserahi Allah SWT untuk mengurus urusan kaum Muslim, baik urusan agama maupun dunia, kemudian ia berkhianat. Jika seseorang berkhianat terhadap suatu urusan yang telah diserahkan kepadanya maka ia telah terjatuh pada dosa besar dan akan dijauhkan dari surga. Penelantaran itu bisa berbentuk tidak menjelaskan urusan-urusan agama kepada umat, tidak menjaga syariah Allah dari unsur-unsur yang bisa merusak kesuciannya, mengubah-ubah makna ayat-ayat Allah dan mengabaikan hudûd (hukum-hukum Allah). Penelantaran itu juga bisa berwujud pengabaian terhadap hak-hak umat, tidak menjaga keamanan mereka, tidak berjihad untuk mengusir musuh-musuh mereka dan tidak menegakkan keadilan di tengah-tengah mereka. Setiap orang yang melakukan hal ini dipandang telah mengkhianati umat.” (Imam an-Nawawi, Syarh Shahîh Muslim).
Karena itu, Islam sangat mendorong agar para pemimpin selalu bersikap adil. Sayangnya, pemimpin adil tidak mungkin lahir dari rahim sistem demokrasi sekuler yang memang kufur. Sistem zalim ini hanya bisa menghasilkan para pemimpin zalim, tidak amanah dan jauh dari sifat adil. Pemimpin yang adil hanya mungkin lahir dari rahim sistem yang juga adil. Itulah sistem Islam yang diterapkan dalam institusi pemerintahan Islam (Khilafah). Mari kita wujudkan.
Oleh: Ainun Dawaun Nufus (aktivis di MHTI Kab. Kediri)
0 Response to "Serahkan Urusan Kepemimpinan Pada Ahlinya"
Post a Comment