The Real Face News ‘Media’
Dakwah Media - @realDonaldTrump The FAKE NEWS media (failing @NBCNews, @ABC, @CBS, @CNN) is not my enemy, it is the enemy of the American People! (Donald J. Trump, 18/2/2017)
Begitulah Watak Media di Peradaban Kapitalistik
Media massa merupakan cermin peradaban yang berkuasa. Di sana juga termasuk pandangan-pandangan dan politik pemerintah. Amerika yang mengklaim kebebasan dan kebebasan berekspresi sekalipun mengalami problem akut terkait kebebasan pers yang selalu dibanggakannya. Pada era kebebasan pers di era kapitalisme, dengan konsekuensi media massa bisa diterbitkan relatif mudah, cenderung hanya mengedepankan misi bisnis saja sehingga meninggalkan idealismenya. berbagai pola bisnis media telah diterapkan koran, televisi maupun radio. Karena raksasa-raksasa media menghasilkan jumlah uang yang besar dan memiliki reputasi yang terkenal maka para pemerintah di seluruh dunia merasa berkepentingan untuk meraih dukungan mereka.
Mayoritas produksi film, acara TV, kepemilikan TV kabel, sistem satelit, penerbitan buku dan majalah serta surat kabar, produksi musik, kesemuanya dilakukan oleh sekitar 50an perusahaan — dimana 9 perusahaan terbesar mendominasinya. Dalam pandangan standar manapun, konsentrasi kekuatan media yang mengerucut membuatnya sangat berpengaruh. Ini semua menunjukkan bahwa media dimiliki oleh segelintir saja perusahaan kapitalis. Peningkatan keuntungan sebanyak-banyaknya adalah tujuan utama dan dicapai dalam kerangka ideologi kapitalisme
Media global didominasi oleh segelintir kelompok elit yang yang berpengaruh, yang sebagian besar berpusat di AS, dan bersifat transnasional. Terkonsentrasinya jumlah kepemilikan terhadap media menghasilkan sistem yang bekerja untuk mempromosikan pasar bebas global dan nilai-nilai komersialisasi. Sistem yang terbentuk ini adalah fenomena baru. Hingga tahun 1980an, media massa lebih bersifat nasional. Meskipun buku-buku, film, musik, dan acara TV selama puluhan tahun diimpor dari asing, sistem penyiaran dan surat kabar masih dikontrol, diatur dan dimiliki secara nasional. Sejak tahun 1980an, IMF, Bank Dunia dan pemerintah AS mulai melakukan tekanan untuk mengurangi peraturan dan menswastakan sistem media dan komunikasi, seiring dengan kemajuan teknologi satelit dan digital yang melahirkan raksasa media transnasional.
Meskipun ada variasi perbedaan pandangan politik dari berbagai editor dan penerbit, kesemuanya sepakat dalam mengadopsi pandangan hidup sekuler. Meskipun tanpa diragukan lagi ketidakseimbangan peliputan berita tentang Islam dan Muslim oleh industri media, mereka tidak bisa dikatakan secara umum bahwa mereka semua adalah ‘pembenci muslim’ dan ‘dikuasai oleh yahudi’. Hal yang justru penting untuk dikaji adalah memahami realitas kehidupan sekuler dan menganalisa akar asal muasal timbulnya kebencian yang terjadi.
Sekarang bisa dirasakan efek negatifnya ketika Barat mengontrol informasi dunia dan memproduk rata-rata 6 juta kata per hari, sementara Timur (Islam) hanya mampu 500 ribu kata per hari. Dari perbandingan produksi kata melalui berbagai jenis media cetak, elektronik, dan dunia maya tampak jelas bahwa diseminasi nilai yang terus menerus dicangkokan ke benak manusia adalah nilai-nilai, doktrin, ideologi serta budaya Barat. Tengok jaringan informasi seperti CNN yang ditayangkan 24 jam terus-menerus melalui jaringan satelit yang bisa ditonton di seluruh pelosok dunia melakukan cuci otak tanpa henti.
Bicara paradigma politik dan pers sebagai alat suksesi politiknya, Partai Republik dan Partai Demokrat, terdapat suatu kesepahaman bahwa pasca Perang Dingin telah menempatkan Amerika Serikat sebagai negara yang unggul atau prima di dunia. Paradigma primasi dalam Partai Republik mengacu pada “liberalisme nasional”. Bush sebagai presiden dari Partai Republik sebelum Trump terpilih mencerminkan Imperialisme Amerika sejati diantara indikatornya: (a) Amerika Serikat bebas melakukan intervensi dan genosida terhadap yang diklaim Negara sarang teroris dan negara-negara yang memilki senjata pembunuh massal; (b) Tidak ada satupun negara di dunia atau gabungan negara-negara tersebut diizinkan menentang superioritas militer Amerika Serikat, (c) Tindakan sepihak AS dari traktat-traktat internasional dan organisasi-organisasi internasional dalam pencegahan meluasnya senjata nuklir.
Jika kita tahu bahwa media-media, baik yang lahir di Barat maupun di negeri-negeri kaum Muslim memiliki tujuan yang sama, yaitu memoles citra pemikiran kapitalis, memperkokoh pilar-pilar negara-negara boneka Barat yang ada di dunia Islam ini, serta menyerukan agar ikut berpartisipasi bersama rezim-rezim boneka yang ada di negeri-negeri kaum Muslim, maka di sinilah dipetakan tentang kebijakan media ini dan sikapnya terhadap upaya pembebasan kaum muslim dari penjajahan sebagaimana yang dilakukan Hizbut Tahrir.
Bicara kebebasan bersuara, Amerika dan Negara-negara Eropa melarang partai politik ideologis bicara hingga di tempat-tempat umum sekalipun sebagaimana keadaan di banyak negara. Bahkan mereka menggunakan semua media massa mereka untuk menyerang ide-ide dan pandangan Hizbut Tahrir. Media-media massa juga berupaya mendistorsi ide-idenya dan menciptakan persepsi yang keliru tentang ide-ide Hizbut tahrir. Ketika para Trump sebagai Presiden AS dan sekutu mereka di media mengutuk Islam, hal ini telah menciptakan iklim dimana rakyat jelata menjadi ketakutan dan membenci kaum Muslim, sehingga menambah tekanan pada komunitas Muslim.
Dalam iklim seperti ini, komunitas Muslim harus menyadari tantangan – untuk tetap berpegang pada nilai-nilai Islam – dan terus mengajak orang lain untuk menoleh pada agama yang indah ini yang memiliki pandangan menyeluruh tentang kehidupan. Marilah kita memohon kepada Allah SWT semoga mempercepat berdirinya negara Islam, yang akan menghapus semua racun-racun pemikiran ini, dan menempatkan semuanya pada tempatnya yang benar.
Oleh: Umar syarifudin (pengamat politik Internasional)
Related
Mayoritas produksi film, acara TV, kepemilikan TV kabel, sistem satelit, penerbitan buku dan majalah serta surat kabar, produksi musik, kesemuanya dilakukan oleh sekitar 50an perusahaan — dimana 9 perusahaan terbesar mendominasinya. Dalam pandangan standar manapun, konsentrasi kekuatan media yang mengerucut membuatnya sangat berpengaruh. Ini semua menunjukkan bahwa media dimiliki oleh segelintir saja perusahaan kapitalis. Peningkatan keuntungan sebanyak-banyaknya adalah tujuan utama dan dicapai dalam kerangka ideologi kapitalisme
Media global didominasi oleh segelintir kelompok elit yang yang berpengaruh, yang sebagian besar berpusat di AS, dan bersifat transnasional. Terkonsentrasinya jumlah kepemilikan terhadap media menghasilkan sistem yang bekerja untuk mempromosikan pasar bebas global dan nilai-nilai komersialisasi. Sistem yang terbentuk ini adalah fenomena baru. Hingga tahun 1980an, media massa lebih bersifat nasional. Meskipun buku-buku, film, musik, dan acara TV selama puluhan tahun diimpor dari asing, sistem penyiaran dan surat kabar masih dikontrol, diatur dan dimiliki secara nasional. Sejak tahun 1980an, IMF, Bank Dunia dan pemerintah AS mulai melakukan tekanan untuk mengurangi peraturan dan menswastakan sistem media dan komunikasi, seiring dengan kemajuan teknologi satelit dan digital yang melahirkan raksasa media transnasional.
Sekarang bisa dirasakan efek negatifnya ketika Barat mengontrol informasi dunia dan memproduk rata-rata 6 juta kata per hari, sementara Timur (Islam) hanya mampu 500 ribu kata per hari. Dari perbandingan produksi kata melalui berbagai jenis media cetak, elektronik, dan dunia maya tampak jelas bahwa diseminasi nilai yang terus menerus dicangkokan ke benak manusia adalah nilai-nilai, doktrin, ideologi serta budaya Barat. Tengok jaringan informasi seperti CNN yang ditayangkan 24 jam terus-menerus melalui jaringan satelit yang bisa ditonton di seluruh pelosok dunia melakukan cuci otak tanpa henti.
Bicara paradigma politik dan pers sebagai alat suksesi politiknya, Partai Republik dan Partai Demokrat, terdapat suatu kesepahaman bahwa pasca Perang Dingin telah menempatkan Amerika Serikat sebagai negara yang unggul atau prima di dunia. Paradigma primasi dalam Partai Republik mengacu pada “liberalisme nasional”. Bush sebagai presiden dari Partai Republik sebelum Trump terpilih mencerminkan Imperialisme Amerika sejati diantara indikatornya: (a) Amerika Serikat bebas melakukan intervensi dan genosida terhadap yang diklaim Negara sarang teroris dan negara-negara yang memilki senjata pembunuh massal; (b) Tidak ada satupun negara di dunia atau gabungan negara-negara tersebut diizinkan menentang superioritas militer Amerika Serikat, (c) Tindakan sepihak AS dari traktat-traktat internasional dan organisasi-organisasi internasional dalam pencegahan meluasnya senjata nuklir.
Jika kita tahu bahwa media-media, baik yang lahir di Barat maupun di negeri-negeri kaum Muslim memiliki tujuan yang sama, yaitu memoles citra pemikiran kapitalis, memperkokoh pilar-pilar negara-negara boneka Barat yang ada di dunia Islam ini, serta menyerukan agar ikut berpartisipasi bersama rezim-rezim boneka yang ada di negeri-negeri kaum Muslim, maka di sinilah dipetakan tentang kebijakan media ini dan sikapnya terhadap upaya pembebasan kaum muslim dari penjajahan sebagaimana yang dilakukan Hizbut Tahrir.
Bicara kebebasan bersuara, Amerika dan Negara-negara Eropa melarang partai politik ideologis bicara hingga di tempat-tempat umum sekalipun sebagaimana keadaan di banyak negara. Bahkan mereka menggunakan semua media massa mereka untuk menyerang ide-ide dan pandangan Hizbut Tahrir. Media-media massa juga berupaya mendistorsi ide-idenya dan menciptakan persepsi yang keliru tentang ide-ide Hizbut tahrir. Ketika para Trump sebagai Presiden AS dan sekutu mereka di media mengutuk Islam, hal ini telah menciptakan iklim dimana rakyat jelata menjadi ketakutan dan membenci kaum Muslim, sehingga menambah tekanan pada komunitas Muslim.
Dalam iklim seperti ini, komunitas Muslim harus menyadari tantangan – untuk tetap berpegang pada nilai-nilai Islam – dan terus mengajak orang lain untuk menoleh pada agama yang indah ini yang memiliki pandangan menyeluruh tentang kehidupan. Marilah kita memohon kepada Allah SWT semoga mempercepat berdirinya negara Islam, yang akan menghapus semua racun-racun pemikiran ini, dan menempatkan semuanya pada tempatnya yang benar.
Oleh: Umar syarifudin (pengamat politik Internasional)
Plis Like Fanpage Kami ya
0 Response to "The Real Face News ‘Media’"
Post a Comment