-->

Dari JKT48 Sampai JKT1



Dakwah Media - Dear masbro en mbaksist, pilih JKT48 ato JKT 1 nih? Siapa sih remaja yang nggak kenal JKT48? Atau ada nggak sih remaja yang nggak kenal lagu-lagunya yang katanya so sweet? Walaupun ada, mungkin jarang banget, deh. Ya, iyalah. Seperti yang kita semua ketahui, sekarang ini eranya globalisasi udah marak banget. Teknologi-teknologi canggih telah banyak ditemukan. Mulai dari televisi sampai internet. Semua orang dari yang adek-adek kita yang belum sekolah sampai eyang-eyang kita pasti tahu yang namanya internet. Semua informasi bisa kita dapatkan di internet.

Saat ini kehidupan kita ditaburi sekulerisme, yakni memisahkan antara kehidupan dunia dan agama. Aturannya dibedakan. Intinya sih, kalo ngejalanin urusan dunia nggak pake aturan agama. Supaya nggak ribet, katanya. Padahal, itu justru ngundang bahaya.

Itu sebabnya, dalam urusan memilih idola pun, remaja muslim banyak yang ikut-ikutan meniru idola-idola yang tidak islami dari kalangan selebiritis dunia hiburan. Misalnya, artis-artis sinetron, film, musik, iklan, dan sejenisnya. Alasannya apa? Mungkin karena artisnya itu ganteng atau cantik, suaranya bagus, style fashion-nya keren, atau banyak lagi alasannya sesuai cara pandang kebanyakan orang yang pikiran dan hatinya belum islami banget.

So, nggak ada manusia yang lebih pantas diidolakan melebihi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau telah banyak berkorban untuk umatnya. Bahkan hingga hari kiamat nanti, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam akan memberikan syafaat terhadap umatnya yang shalih. Beliau sangat menyayangi umatnya. Bahkan ketika ajalnya tinggal beberapa waktu lagi, yang dikhawatirkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam adalah umatnya.

Eh, tadi disinggung JKT 1, emang apa ya? Oke deh, kamsudnya adalah gubernur DKI Jakarta, yang hari ini kontestasi pilgub DKI Jakarta menyedot perhatian kita. DKI Jakarta menjadi salah satu daerah yang melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) pada tahun 2017. Meski baru akan berlangsung Februari 2017, gaung Pilkada DKI Jakarta sudah mulai terasa sejak pertengahan 2015.

Oke deh, sekarang kita nggak membahas soal perkembangan kontestasi pilgub DKI 2017 tersebut. Walau masalah ini masih akan terus menggelinding. Ibarat cerita bersambung, bakal masih ada kejutan lain di waktu depan. Lagi pula info-info seputar kasus itu bisa kamu ikuti sendiri beritanya di televisi, radio, internet, juga di surat kabar, majalah, dan tabloid. Pelototin deh ampe abis. Jangan bosen ngikuti berita. Dalam tulisan ini kita nggak bakalan ngebahas sampe ngebudah tentang kasus itu. Tapi, kita ingin menjelaskan tentang apa itu kesadaran politik. Harapannya, supaya kamu juga bisa paham. Nggak cuma menjadi penikmat, apalagi jadi objek penderita. Sebaliknya, justru kamu kudu bisa memberikan pencerahan. Setuju kan?

Gaes, kamu bisa saksikan sendiri atuh. Gimana para pemimpin negeri ini saling jegal, saling sikut, saling serang untuk dapat menduduki jabatan empuk dan basah. Bila perlu, mengamalkan politik ‘dagang sapi’. Inilah yang kemudian disebut-sebut sebagai the struggle for power (perjuangan memperebutkan kekuasaan). Udah lupa deh kepada rakyat yang seharusnya diurus. Kalo gitu, nggak salah-salah amat dong lagunya Bang Iwan Fals yang ngetop di tahun 80-an, yang syairnya kayak gini nih, “Setan-setan politik yang datang mencekik, walau di musim paceklik tetap mencekik, Apakah selamanya politik itu kejam. Apakah selamanya dia datang ‘tuk menghantam…”

Bila politik identik dengan beginian, maka yakin deh bakalan banyak orang berpandangan miring terhadap aktivitas politik. Mungkin saja kemudian orang nggak suka (termasuk takut) berurusan dengan politik. Itu sebabnya, pandangan seperti itu kudu segera di-delete dari direktori di otak kita, terus masukkin deh ke recylce bin, lalu klik empty recycle bin. Pokoknya bener-bener dihilangkan! (idih, kayak di komputer aja ya? He..he..he..)

Bagaimana pengertian politik menurut Islam? Dalam kitab Mafahim Siyasiyah dijelaskan bahwa politik adalah ri’ayatusy syu’unil ummah dakhiliyan wa kharijiyan bi hukmin mu’ayanin, (pengaturan urusan ummat di dalam negeri dan luar negeri, dengan hukum tertentu). Kalo kita bicara Islam, maka pengaturan tersebut menggunakan aturan Islam. Kalo bicara kapitalisme, maka hukum yang digunakan adalah kapitalisme. Begitu pula dengan sosialisme dan komunisme.

Nah, adapun pengaturan urusan ummat tidak melulu urusan pemerintahan seperti sangkaan banyak orang selama ini, melainkan termasuk di dalamnya aspek ekonomi (iqtishadi), pidana (uqubat), sosial (ijtima’i), pendidikan (tarbiyah) dan lain-lain.

Buktinya apa tuh? Islam, udah ngatur masalah ini sejak pertama kali Rasulullah saw. mendirikan pemerintahan Islam di Madinah, sampe terakhir di Turki. Sepanjang rentang waktu itu, masyarakat dan negara diatur oleh Islam. Sayangnya, sejak tanggal 3 Maret 1924, yakni saat Musthafa Kemal at-Taturk, pria jahat dan ambisius keturunan Yahudi menghancurkan pemerintahan Islam di Turki atas bantuan agen-agen Inggris, Islam nggak lagi diterapkan sebagai sebuah ideologi negara. Sampe sekarang lho.

Akibatnya, pemuda dan pemudi Islam masa kini nggak nyetel dalam memahami Islam sebagai sebuah ideologi negara. Generasi Islam kontemporer cuma mengenal dan memahami Islam sebagai ibadah ritual belaka. Jadinya, nggak ngeh kalo Islam tuh sebuah ideologi. Akibatnya, ketika memahami istilah politik dalam pandangan Islam aja suka kerepotan. Kalo udah gitu, pastinya juga nggak bakalan sadar politik. Oke deh, jangan bengong aja. Sekarang berkemas untuk belajar. Perdalam ajaran Islam, dan tingkatkan terus kesadaran politik kamu.

Oleh: EmHa Ibrohim (Tim Kreatif di Soeara Pemoeda)

0 Response to "Dari JKT48 Sampai JKT1"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Plis Like Fanpage Kami ya
close