-->

Berburu Lailatu Diskon


Memasuki 10 hari terakhir Ramadhan, normalnya orang-orang mulai lebih sibuk dari biasanya. Kalau di zaman Rasulullah ﷺ dulu, umat Islam pasti disibukkan dengan meningkatkan ibadah dan amal shalih, bahkan sembari i’tikaf. Hal yang sama juga terus menerus dilakukan selama masa kepemimpinan Islam, Khilafah, masih tegak.
Kala itu, umat Islam masih memiliki pemikiran, perasaan, dan peraturan yang sama di tengah-tengah mereka, yaitu Islam. Dan Islamnya itu dalam semua aspek kehidupan, nggak terbatas di aspek-aspek tertentu saja. Makanya, ketika membaca ayat-ayat Surat Al Qadr, itu nggak cuma dimaknai sebagai ayat belaka. Tapi justru jadi pemicu, motivator untuk beribadah lebih giat lagi daripada hari-hari lainnya.
Dan tentu saja, pemicu umat Islam kala itu untuk beribadah lebih giat pada 10 hari terakhir Ramadhan adalah karena adanya Lailatul Qadar.
“Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al Quran) itu pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin RABB-nya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS Al-Qadr; 1-5)
Saat Lailatul Qadar, satu ibadah yang dilakukan pada malam itu akan mendapatkan pahala lebih banyak daripada ibadah yang sama yang dilakukan pada malam-malam lain selama 1000 bulan. Kalau dikonversi ke tahun, lebih dari 83 tahun! Padahal rata-rata harapan usia hidup manusia zaman sekarang itu cuma sekitar 60-70 tahun. Artinya, pahala ibadah yang dilakukan bisa jadi melebihi batasan harapan usia hidup pada umumnya. Satu rakaat shalat sunnah di Lailatur Qadar sama pahalanya dengan pahala satu rakaat shalat sunnah yang sama selama 1000 bulan nonstop. Belum ditambah ibadah-ibadah yang lainnya. Kebayang, kan, betapa ngiler-nya umat Islam ditawari pahala segitu gedenya?
Soal kenapa di 10 hari terakhir, sebabnya Rasulullah ﷺ mengatakan:
“Carilah Lailatul Qadr itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan)”. (H.R Al Bukhari no. 1878)
Ada juga hadits lain yang mengatakan pada malam 27 atau 29, tapi tepat persisnya kapan, kita nggak akan tahu. Itu privilese Allah SWT semata buat menentukan kapan Lailatul Qadar akan terjadi tahun ini dan tahun-tahun berikutnya. Motivasinya, tentu biar kita tambah rajin menghidupkan malam-malam terakhir Ramadhan dengan ibadah dan amal shalih. Kalau bisa mendapatkan lailatul qadar, itu sangat jauh lebih dari lumayan buat bekal pahala di akhirat nanti.
Dari Abu Hurairah RA, Nabi ﷺ bersabda : “Barangsiapa menghidupkan Lailatul Qadar dengan iman dan mengharap ridha Allah SWT, maka diampuni dosanya yang terdahulu, dan barangsiapa berpuasa Ramadhan dalam Iman dan mengharap ridho Allah SWT, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari no. 1768)
Namun begitu, rasanya kebanyakan orang zaman sekarang (di negeri ini, misalnya) lebih senang memburu lailatud diskon (malam seribu diskon) dibanding lailatul qadar (malam seribu bulan).
Buktinya? Oh, lihat saja. Lebih berjubel mana, masjid atau pusat perbelanjaan? Lebih banyak terdengar apa, lantunan ayat Al-Qur’an atau suara sales lagi mengumumkan promo harga diskon dobel? Lebih banyak hitung apa, amalan yang sudah dilakukan pas bulan Ramadhan atau uang buat beli kebutuhan Lebaran yang serba baru?
Apa yang lebih bikin bingung, kenapa diri ini nggak mampu untuk optimal dalam meningkatkan ibadah pas Ramadhan atau yang mana sepatu baru yang harus dibeli? Lebih semangat apa, memborong pahala di lailatul qadar atau memborong belanjaan pasmidnight sale? Jawaban-jawaban yang dipilih akan menunjukkan tendensi kita, apakah Ramadhan yang kita lalui selama ini sudah beres atau malah cuma sekadar formalitas angin lalu yang nggak bermakna apa-apa ketika kelak berakhir.
Padahal, diskon pahala di lailatul qadar sebenarnya jauh lebih menggiurkan ketimbang diskon dobel di R*m*y*na (yang mana itu juga belum tentu lepas dari manipulasi di belakang layar). Allah kurang baik apa, coba? Obral pahala gede-gedean, 83 tahun cukup dalam satu malam! Mana ada pusat perbelanjaan manapun di galaksi ini yang bisa ngasih pahala ekivalen dengan yang diberikan Allah? Dan lagi, pahala yang diobral habis-habisan pada lailatul qadar jauh lebih berguna sebagai bekal di akhirat kelak, yang notabene merupakan persinggahan abadi spesies makhluk hidup bernama manusia.
Namun, nggak banyak yang benar-benar memahami persoalan itu sepenuh hati, sehingga tawaran terbaik sejagad itu diabaikan begitu saja dan milih buat memburu lailatud diskon. Tempat i’tikaf berubah dari masjid jadi pusat perbelanjaan. Amalan ibadah yang barangkali sedikit-sedikit mulai dibentuk di 20 hari awal Ramadhan tibatiba berkurang drastis atau bahkan lupa sama sekali,na’udzubillah. Dzikir malam berganti obrolan mencari diskon, membaca Al-Qur’an berganti membaca harga barang paling murah. Sangat disayangkan.
Idul Fitri memang satu dari dua hari raya dalam Islam yang tentunya merupakan momen besar. Kalau orang-orang ingin mempersiapkannya, itu juga jadi wajar. Tapi apakah dengan belanja diskon segala rupa sampai-sampai melakukan pemborosan massal dan mengabaikan obral pahala yang secara cuma-cuma diberikan Allah? Tentu nggak begitu. Apalah arti meramaikan Idul Fitri kalau misalnya Ramadhan yang dilalui justru dihabiskan dengan kesia-siaan?
Mari merenung sebentar. Kalau kita lebih semangat memburu lailatud diskon ketimbang lailatul qadar, jangan-jangan Ramadhan kita selama ini memang nggak beres? Ramadhan berlalu tanpa mengubah apa-apa dalam diri kita, nggak berpengaruh untuk mengubah diri menjadi lebih bertakwa. Lebih dari itu, apa jangan-jangan persepsi berpikir kita adalah persepsi berpikir sekuler? Persepsi yang memisahkan agama dari kehidupan, yang membatasi agama hanya sebatas ibadah mahdhah bersifat seremonial belaka tanpa memaknai apa yang ada di dalamnya?
Semoga kita semua dijaga untuk memiliki persepsi Islam secara menyeluruh, yang memiliki visi jauh ke depan sampai setelah kehidupan dunia. Bukan persepsi sekuler yang melenakan tapi justru menyesatkan kita dari jalan Allah.
(Andhika Dwijayanto; Kontributor Gaul Fresh)
Plis Like Fanpage Kami ya

Related Posts

0 Response to "Berburu Lailatu Diskon"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close