-->

Hizbut Tahrir Sesat Karena Menolak Hadits Ahad, Benarkah?


Dari semua buku yang saya baca, yang menjelekkan dan menyesat HT, terutama adalah tentang hadits ahad. Dikatakan bahwa HT menolak hadits ahad, karena itu HT itu sesat dan menyesatkan. Jika kita telaah kitab-kitab HT secara mendalam, adanya ungkapan-ungkapan tersebut adalah karena kesalah-pahaman. Maka benarlah penjelasan para ulama salaf, bahwa mengkaji kitab itu harus dengan guru yang benar-benar memahami, sehingga tidak salah paham.




Masalah ini sebenarnya membutuhkan penjelasan yang panjang agar tuntas. Namun, saya akan berusaha membahas secara singkat, semoga cukup jelas. Bagi yang ingin mengkaji secara mendalam bisa merujuk kitab-kitab ulama salaf atau kitab asy syakhsiyyah al islamiyaah jilid 1 karya Syeikh Taqiyuddin.

Apakah benar HT menolak hadits ahad? Jawabnya, pernyataan itu super duper keliru. HT tidak pernah menolak hadits ahad. Bahkan hampir di semua kitab HT, hadits-hadits yang dijadikan rujukan adalah hadits ahad, tentu yang shohih.

Mengapa banyak yang mengatakan hal itu dan mereka merujuk pada kitab HT yaitu kitab Syakhsiyyah Islamiyah jilid1? Jawabnya itu terjadi karena kesalah-pahaman terhadap kitab tersebut. Coba perhatikan foto bab kitab tersebut ! Di sana dikatakan: al ahad laisa bi hujjatin fil aqidah, artinya hadits ahad tidak dapat dijadikan hujjah dalam masalah akidah. Jadi, tidak ada penolakan terhadap hadits ahad.

Apa arti bahwa hadits ahad tidak jadi hujjah dalam akidah?

Jawab: artinya masalah akidah itu tidak boleh sembarangan, akidah harus ditetapkan dengan dalil yang qoth'I, yaitu alquran dan hadits mutawatir. Adapun dalam hal selain akidah, maka hadits ahad tersebut menjadi hujjah, setelah terbukti kesahihannya.

Berarti HT sembrono dengan pernyataannya tersebut?

Jawab: Justru HT sangat hati-hati. Masalah akidah adalah masalah iman dan kafir, makanya dalilnya harus benar-benar qoth'I. Dengan pemahaman ini HT tidak berani mengkafirkan orang hanya atas dasar hadits ahad (la yukfaru mungkiruhu). Ini berbeda dg orang yang menjadikan hadits ahad sebagai dalil akidah, maka mereka menjadi sangat mudah mengkafirkan orang. Dikit-dikit kafir, padahal itu hanya dalam masalah furu yang khilafiyah.

Berarti HT tidak membenarkan hadits ahad?

Jawab: HT sangat-sangat membenarkan hadits ahad setelah terbukti kesahihannya, tapi tidak menjadikan sebagai dalil akidah. Maksudnya, HT percaya dg hadits tersebut, tapi seandainya ada yang tidak percaya, maka HT tidak akan mengkafirkan orang itu. Itulah makna dari AL AHAD LAISA BI HUJJATIN FIL AQOID.

Kalau HT tidak menjadikan sbg dalil akidah, berarti tidak yakin dengan Rasulullah?

Jawab: Tidak ada hubungannya. Ini adalah masalah periwayatan hadits. Hadits itu memang dari Rasul, kemudian dihafal generasi sahabat, kemudian generasi tabiin, lalu genetasi tabiut tabiin. Jadi ini adalah masalah periwayatan, benar tidak itu dari Rasul? Kalau memang benar dari Rasul, maka itu menjadi dalil akidah yang pasti benarnya. Tapi bagaimana mengeceknya? Nah disinilah para ulama ahli hadits membuat kriteria berdasarkan para perawi. Coba anda lihat kitab-kitab mushtolahul hadits.

Membagi hadits menjadi ahad dan mutawatir adalah bid'ah krn tidak ada di zaman rasul?

Jawab: memang tidak ada di zaman rasul, sebab di zaman rasul, kebenaran ucapan dan tindakan beliau bisa langsung ditanyakan kpd beliau. Masalah pembagian hadits itu terjadi pada generasi setelah tabiut tabiin. Saat itu banyak orang yang mengaku meriwayatkan hadits, padahal dia bohong. Lalu para ulama bangkit dan meneliti hadits. Lalu hadits dipilah-pilah, salah satunya berdasarkan periwayatan. Maka kemudian ada hadits shohih, hasan, dhoif,dan lain-lainnya. Kalau klasifikasi mutawatir-ahad adalah bid'ah, maka klasifikasi sohih-hasan-dhoif juga bid'ah, karena tidak ada di zaman rasul.

Di zaman nabi, Mush'ab bin Umair diutus ke Madinah sendirian, ini bukti kalau hadits ahad bisa jadi hujjah?

Jawab: tidak ada hubunganya. Itu masalah tabligh bukan masalah periwayatan. Tabligh itu menjelaskan ke orang dengan berbagai penjelasan sehingga orang jadi paham. Dalam tabligh, redaksinya terserah orang yang tablig, yg penting yang didakwahi paham.Sedangkan periwayatan itu menyampaikan APA ADANYA, tidak ada kata yang ditambahkan atau dikurangi. Dalam periwayatan, redaksi tidak boleh diUBAH oleh perawi.

Tapi pendapat HT itu bertentangan dengan pendapat ulama salaf?

Jawab: Justru pendapat HT ini sesuai dengan jumhur ulama salaf. Coba lihat Imam Qorofi dalam kitabTanqih al-Ushul, Al-Kasai dalam Badaa'I al-Shanaai, Imam Al-Amidy dalam Alihkam fi Ushulil Ahkam, Imam Syaukani dalam Irsyadul Fuhul Ila Tahqiqil Haq Min Ulumil Ushul, Syeikh Jamaluddin Alqasimi dalam Mahasinul Tq'wil, Imam Assuyuthi dalam Alitqan fi Ulumil Qur'an, dan masih sangat banyak laiinya. Pendapat HT ini sama dengan jumhur ulama dan imam madzhab.

Tapi kok saya tidak tahu?

Jawabnya: Silahkan belajar lagi dan mengkaji kitab-kitab ulama yang muktabar.

Tidak tahu itu bukan dalil. Adamul ilmi laisa dalilan. Adamul ilmi yadullu bi annaka jahilun.

Wallahu a'lam.
(www.syariahpublications.com)

Sumber : https://www.facebook.com/choirul.anam.94617/posts/553386081454096


















sumber :Syariah Publication

0 Response to "Hizbut Tahrir Sesat Karena Menolak Hadits Ahad, Benarkah?"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Plis Like Fanpage Kami ya
close