-->

Iman, Taqwa dan Istiqomah



Dakwah Media - ”Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu.”  (Al-Anfaal, 8:24)
Ada tiga pertanyaan mendasar yang biasa disebut al uqdatul qubro yang harus dijawab oleh seseorang agar hidupnya lebih terarah. Pertanyaan yang jika kita salah menjawabnya,  maka akan menyebabkan kita limbung dan salah arah dalam menjalani hidup dan kehidupan ini. Pertanyaan yang akan membedakan,  siapa yang beriman, sekuler dan ateis.

Tiga pertanyaan itu adalah :
1. Dari mana aku datang?
2. Untuk apa aku datang (ke dunia ini)
3. Kemana aku akan kembali?

Ini adalah tiga pertanyaan 'besar' yang mengandung tiga dimensi : Kehidupan sebelum dunia,  kehidupan dunia dan kehidupan sesudah dunia serta hubungan antara ketiga kehidupan tersebut. Sudahkah kita menjawab dengan benar ketiga pertanyaan itu?

Kehidupan abadi setelah dunia memang sangat ditentukan oleh pilihan-pilihan dan tindakan-tindakan kita saat kita di dunia yang sebentar ini. Untuk itu, memilih dan bertindaklah dengan tepat dan bijak untuk segala hal. Saat kita berpikir, manusia wajib berjalan dalam kehidupan ini sesuai dengan peraturan Allah, dan akan dihisab pada hari kiamat atas segala perbuatannya di dunia. Disini kita telah berhasil menjawab uqdatul qubro dengan benar, bahwa sebelum adanya kehidupan ada Allah SWT; Kita berjalan diatas bumi ini karena Allah SWT dan sudah sepantasnya hanya untuk Allah SWT dan dengan peraturan Allah SWT; Untuk kemudian dihisab pada hari kiamat atas segala perbuatannya di dunia.

Selanjutnya kaum muslim diminta taat secara totalitas. Ketaatan adalah naluri (gharîzah) dalam jiwa manusia. Jika seorang hamba tidak menyalurkan nalurinya kepada Allah SWT, maka dipastikan ia menyalurkannya kepada selain Allah. Seorang penyembah dunia adalah orang-orang yang melarikan diri dari kebebasan ketaatan kepada Allah menuju ketergantungan dan ketaatan kepada manusia. Sehingga, apabila mereka diusir oleh tuannya, maka mereka akan mencari tuan yang lain, karena di dalam jiwa mereka ada kebutuhan mendesak pada perbudakan dan ketergantungan, karena naluri ketaatan yang ada di dalam dirinya berubah menjadi rasa ketundukan yang harus dipuaskan. Sehingga apabila tidak ada seseorang yang memperbudak mereka, maka diri mereka merasa haus akan perbudakan, dan melemparkan diri mereka pada kerusakan yang dengannya mereka mencari serta menanti isyarat dari jari seorang tuan untuk mereka sembah. Adapun para penyembah Allah (ibâd ar-rahman), maka mereka telah membebaskan diri mereka dari semua belenggu dunia, dan mereka tidak pernah merasa puas kecuali dengan ketaatan kepada Allah.

Keistiqomahan dalam ketaqwaan dan kebenaran harus dipertahankan. Ibnu Qayyim rahimahullah berkata: Takwa itu tiga tingkatan. Pertama, menjaga hati dan anggota tubuh dari dosa dan perkara-perkara haram. Kedua, menjaga hati dan anggota tubuh dari perkara-perkara makruh. Ketiga, menjaga hati dan anggota tubuh dari berlebihan dan perkara-perkara yang tidak berguna.

Untuk itu, Islam dan syariahnya harus kita jadikan standar dan pedoman. Semua keinginan, kecenderungan dan kesukaan dan tidaknya harus kita tundukkan pada ketentuan Islam dan syariahnya.  Untuk mewujudkan itu kita harus bersungguh-sungguh mengerahkan segala daya upaya menundukkan hawa nafsu.  Allah SWT menyediakan pahala yang besar dan surga bagi siapa saja yang bisa merealisasikan ini (QS an-Nazi’at [79]: 40-41).

Oleh: Febry Suprapto (Syabab HTI)

0 Response to " Iman, Taqwa dan Istiqomah"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Plis Like Fanpage Kami ya
close