-->

Totalitas



Dakwah Media - Sering kita menemukan sebuah argumen logika, diantaranya “Semua agama akan mengatakan bahwa agamanya yang paling benar, maka semua agama itu pada dasarnya adalah benar”.Terkadang mereka juga mengibaratkan dengan sebuah analogi, “Jika ingin ke kota Surabaya, kita bisa berangkat dari arah malang dan juga dari arah jombang, keduannya sama akan sampai ke Surabaya. Begitu juga dengan agama, apapun agamanya akan sama sampai di Surga”. Begitu pernyataan – pernyataan jebakan kaum liberal yang seolah masuk akal tapi menyesatkan. Inilah pentingnya kita memahami aqidah islam, secara totalitas.

Mengenal Aqidah Islam

Akidah Islam terdiri dari iman kepada Allah, malaikat-Nya, Kitab-kitab Allah, Rasul-rasul-Nya, hari Kiamat dan iman terhadap qadla-qadar baik atau buruknya datang dari Allah Swt. Sedangkan makna Iman itu sendiri adalah tashdiq al-jazim (membenarkan sesuatu dengan pasti) yang sesuai dengan kenyataan, serta berdasarkan bukti dan dalil. Bersifat pasti berarti keyakinannya dengan sesuatu yang diimaninya tersebut secara totalitas tanpa ada keraguan sedikitpun. Seperti, Islam itu memang agama yang benarsih, tapi agam lain juga benarini namanya tidak pasti/masih ragu – ragu dalam ke Islamannya. Dalil-dalil akidah harus bersifat qath’iy dan tidak boleh bersifat dzanni (tidak pasti/dugaan).Akidah berupa kalimat syahadat (Laa ilaha illa Allah Muhammad ar-Rasulullah), harus dilakukan berdasarkan ilmu, keyakinan dan pembenaran.Tidak berdasarkan dugaan, apalagi bercandaan.Sebab, dugaan tidak menghasilkan ilmu dan keyakinan.

Ketika seseorang telah menyatakan diri beraqidah Islam maka harus memiliki hujjah/dalil baik dalil naqli ataupun dalil aqli atas keyakinannya.Bukan katanya dan katanya, apalagi karena kebetulan orang tuanya Islam maka diapun menjadi Islam, atau karena lingkungannya Islam diapun menjadi Islam.Keyakinan seperti diatas sangat lemah, sangat mudah terombang – ambing oleh keadaan, apalagi teracuni oleh pemikiran kaum liberal.Kita harus bisa membuktikan bahwa aqidah Islam yang kita yakini, merupakan satu – satunya aqidah yang benar.

Proses Pencarian Tuhan

Kisah Nabi Ibrahim tentang proses pencarian Tuhannya bisa kita ambil sebuah pelajaran. Nabi Ibrahipernah menanyakan kepada Orang Tuanya “Wahai Ibu dan Ayahku, Siapa yang telah menjadikan aku ini ?” jawab ayahnya, “Ayah dan Ibu yang menjadikan kamu, karena kamu lahir disebabkan oleh kami”. Kemudian Ibrahim bertanya lagi: “Dan Siapakah yang menjadikan Ayah dan Ibu?” Jawab Orang Tuanya, “Ya Kakek dan Nenekmu”. Demikian Tanya jawab seterusnya sampai ketitik puncak, Nabi Ibrahim menanyakan “Siapakah yang pertama menciptakan semua ini ?” maka orang tuanya terdiam tidak bisa menjawab, karena mereka tidak mengenal Tuhan. Orang – orang yang hidup di sekeliling Nabi Ibrahim ditanyai juga tetap tidak bisa menemukan jawaban. Akhirnya Nabi Ibrahim as menggunakan akal dan dan Pikirannya untuk mencari Tuhan pencipta seluruh jagad raya dan seisinya ini.

Firman Allah SWT, “Ketika hari telah malam, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang, dia berkata: Inilah Tuhanku, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: Saya tidak suka kepada yang tenggelamdia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: Inilah Tuhanku, tetapi tatkala bintang itu terbenam dia berkata: Saya tidak berTuhan kepada yang terbenam.Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: Inilah Tuhanku. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat. Maka ketika siang hari, tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar. Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: Hai kaumku ! Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.Sesungguhnya aku hanya berTuhan kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan ikhlas, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukanNya.”(TQS. Al An’am: 76-79).

Diatas Itulah sejarah singkat Nabi Ibrahim as dalam proses mencari Tuhan. Dengan proses berfikir, dengan memperhatikan alam sekitarnya. Inilah yang disebut penggalian aqidah berdasarkan metode aqliyah. Dalam hal ini, Imam Syafi’i berkata: “Ketahuilah bahwa kewajiban pertama bagi seorang mukallaf adalah berfikir dan mencari dalil untuk ma’rifat kepada Allah Ta’ala. Arti berfikir adalah melakukan penalaran dan pe-renungan kalbu dalam kondisi orang yang berfikir tersebut dituntut untuk ma’rifat kepada Allah. Dengan cara seperti itu, ia bisa sampai kepada ma’rifat terhadap hal-hal yang ghaib dari pengamatannya dengan indra dan ini merupakan suatu keharusan. Hal ini merupakan suatu kewajiban dalam bidang ushuluddin.”

Sebagaimana juga dalam Firman Allah SWT, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda – tanda bagi orang – orang yang berakal”.(QS. Al Imron: 190). Dan masih banyak surat – surat yang lain, yang didalamnya Allah SWT menyebutkan tentang – tentang orang yang berakal dan memikirkan apa – apa yang telah Allah ciptakan, dari sini kita bisa melihat bahwa manusia dituntut Beriman melalui sebuah proses berfikir. Bukan karena kebetulan Orang Tua kita Islam, atau kebetulan tempat tinggal kita Islam, alias ikut – ikutan.

Mengokohkan Keimanan

Ibarat sebuah bangunan aqidah Islam adalah pondasinya.Kuat dan tidaknya sebuah bangunan, diterpa angin, petir ataupun gempa tergantung pondasinya. Begitu juga dengan keIslaman akan sangat bergantung pada kuatnya aqidah Islamnya. Aqidah/keimanan seseorang tidak terlihat tapi akan tercermin dalam pola pikir dan perilaku kesehariannya. Sehingga benar – benar kita harus berfikir dan bisa membuktikan adanya Allah SWT dan kebenaran petunjuk yang diberikan Allah SWT untuk menjadi pedoman hidup kita.

Mungkin sebagian diantara manusia ada yang mengingkari adanya Allah SWT, mereka menganggap bahwa kehidupan ini berasal dari materi oleh materi dan akan menjadi materi. Ini salah kaprah, dan sangat tidak benar. Orang badui yang terkenal sangat terbelakang pernah ditanya, “bagaiamana cara mereka membuktikan adanya Rabb ?” dengan sangat mudah orang badui menjawab “Kotoran unta menunjukkan adanya unta, sedangkan jejak kaki menunjukkan adanya orang yang berjalan.” Mereka sangat pandai dalam menggunakan akal dan fikirannya.Hal itu menunjukan bahwa segala sesuatu ini tidak ada dengan sendirinya, semuanya tidak terjadi tiba – tiba, inilah bukti bahwa Sang Maha Pencipta itu ada. Jadi jangan kita menjadi seperti orang kafir qurays yang sangat bodoh dalam menggunakan pemikirannya, mereka terus bertanya tentang adanya Allah SWT Tapi ketika ditunjukan bukti – bukti tanda kekuasaan Allah mereka mengingkarinya.

Adanya langit, bumi dan segala isinya ini menjadi bukti bahwa Allah SWT Tuhan sang maha pencipta itu ada. Firman Allah SWT, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui”. (TQS. Ar-Ruum; 22).

Akal manusia sangat terbatas untuk memikirkan tentang Dzat Allah SWT, sehingga cukup dengan segala ciptaanNya (Dalil Aqli) menjadi bukti untuk mengimani Allah SWT.Sedangkan sifat – sifat Allah yang tertuang dalam Al Qur’am hal itu menjadi dalil Naqli yang harus kita Imani pula.Allah SWT bersifat Azali dan tak terbatas ruang serta waktu sementara manusia, alam semesta dan kehidupan ini terbatas dan tidak azali. Sehingga Tuhan sang Maha Pencipta tidak akan pernah sama dengan wujud, bentuk dan rupa Makhluknya. Maka Allah SWT adalah satu – satunya Tuhan yang sangat benar dan wajib kita sembah.

Ketika seseorang sudah berikrar (bersyahadat) dengan kalimat tauhid Laa ilaha illa Allah Muhammad ar-Rasulullah dengan ilmu, pembenaran dan penuh keyakinan.Maka seorang tersebut telah sah menjadi bagian dari agama Islam (Muslimin/Muslimat).Maka hal ini yang menjadi tiket utama seorang tersebut layak masuk surganya Allah SWT.Sementara seorang yang seumur hidupnya tidak pernah menyatakan syahadat dan yang mengingkari syahadatnya setelah ke Islamannya maka tidak bisa masuk Surga.Ibaratk pendidikan di sebuah Universitas, seorang bisa layak dikatakan menjadi alumni dan mendapatkan Ijzah syaratnya adalah mendaftar. Sepandai apapun seorang mahasiswa, dan serajin apapun masuk kampus tapi jika sedari awal tidak pernah mendaftar dikampus tersebut maka tidak akan mendapatkan Ijazah. Begitu juga dalam ke Islaman ini, kita telah meyakini Islam merupakan satu – satunya agama yang benar, maka sebaik apapun orang selain Islam maka tidak bisa masuk surganya Allah SWT.

Jadi analogi kaum liberal yang mengatakan “Semua agama itu pada dasarnya adalah benar”dan“apapun agamanya akan sama sampai di Surga” hal itu menyesatkan, dan tidak benar.

Oleh : Miptakhul Hudha (Syabab HTI Jombang)

0 Response to "Totalitas"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Plis Like Fanpage Kami ya
close